GMS. Agung Basuki, S. H.*
Di
dalam semua ajaran agama apa pun, kepada umatNya pasti di'ajarkan
untuk "memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang
lain" Kesalahan dan kelakuan yang dimaksud
adalah..kesalahan-kesalahan dalam hubungan sosial, kemanusiaan.
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam berkomunikasi sangat dekat
dengan, kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan,- baik yang disengaja
mau pun tidak disengaja, akibatnya hubungan antar manusia menjadi
terganggu, dengan orang lain, teman bahkan saudaranya sendiri; hidup
merasa tidak nyaman, orang terbiasa dengan budaya neng-nengan
(saling diam tidak bertegur sapa),
anehnya hal ini bia dilakukan berhari-hari bahkan bertahun-tahun.
Rasa
cemburu seringkali merusak hubungan antar manusia. Ini sangat sering
terjadi di dalam kehidupan kita. Rasa cemburu dalam diri pasangan
suami-istri, tidak jarang bukan hanya meretakkan tetapi menghancurkan
sebuah perkawinan. Rasa cemburu dalam persahabatan, tidak jarang juga
memutuskan relasi persahabatan. Demikian juga, rasa cemburu dalam
keluarga yang disertai rasa iri bahkan bisa menjauhkan saudara atau
saudari sedarah.
Dalam
hal memaafkan orang, dibutuhkan keberanian dan kejujuran untuk
membuka hatinya, sebaliknya juga dalam hubungan antar pribadi orang
yang merasa bersalah dibutuhkan pula keberanian dan kejujuran untuk
mengungkapkan kesalahannya kepada orang lain. Memaafkan ada yang
bersifat terbuka dan tersembunyi. Terbuka adalah memaafkan orang lain
yang diketahui banyak orang, sedangkan tersembunyi memaafkan orang
lain di dalam hati dan tanpa ekspresi dan menyimpannya dalam hati
sekaligus mendoakan kepada orang yang menaruh curiga, atau menilai
sesuatu yang salah kepada kita.
Ada
kata-kata keluhan yang sering kita dengar "mau
berbuat baik saja kok susah ya? " Ya,
inilah ironisnya hidup, banyak orang yang "curiga" dengan
banyak hal di dunia ini, termasuk perbuatan baik seseorang. Banyak
juga orang yang nyata-nyata tidak suka melihat seseorang berbuat baik
pada orang lain, selalu saja ada
"alasan" yang dipakai untuk mencari "ketidak baikan"
kebaikan itu. Mungkin tanpa kita sadari, kita termasuk dalam salah
satu diantara orang banyak itu.
Melatih
kebiasaan berbuat baik dengan sendirinya akan menjadikan kebaikan
menjadi 'nafas' dalam hidup kita. Semakin dibiasakan kebaikan itu
semakin menghidupi kita dan pada akhirnya kita akan menjadi biasa
juga menerima kebaikan orang lain.
Kalau
kita bisa menjalani proses hidup ini dengan pola pikir yang
sederhana, dan melihat orang lain adalah lebih utama dari kita
sendiri, niscaya untuk membuka pintu maaf hati, kepada sesama umat
manusia akan sangat mudah dan ringan, dengan bekal kasih dan cinta
dan memandang orang lain lebih mulia dan utama dari pada saya.
Pertanyan
orang beriman : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni
saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
JawabNya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali"
Sebuah
kerendahan hati, intropeksi diri, kejujuran dan kerelaan untuk
mencintai sesama dibutuhkan untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Pengampunan harus diberikan dengan gratis alias cuma-cuma, ingat
ketika Tuhan mengampuni segala dosa-dosa dan kesalahan kita dengan
penuh kasih dan cuma-cuma. .apakah kita sebagai hambaNya, mengampuni
dan memaafkan sesama umat manusia harus meminta ganti rugi, harus
minta penebusan?..rasanya ini tidak adil —
*Sekretaris FKUB Banyumas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar