Sabtu, 25 Februari 2012

Hal Memaafkan


GMS. Agung Basuki, S. H.*
Di dalam semua ajaran agama apa pun, kepada umatNya pasti di'ajarkan untuk "memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang lain" Kesalahan dan kelakuan yang dimaksud adalah..kesalahan-kesalahan dalam hubungan sosial, kemanusiaan. Sebagai mahluk sosial, manusia dalam berkomunikasi sangat dekat dengan, kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan,- baik yang disengaja mau pun tidak disengaja, akibatnya hubungan antar manusia menjadi terganggu, dengan orang lain, teman bahkan saudaranya sendiri; hidup merasa tidak nyaman, orang terbiasa dengan budaya neng-nengan (saling diam tidak bertegur sapa), anehnya hal ini bia dilakukan berhari-hari bahkan bertahun-tahun.
Rasa cemburu seringkali merusak hubungan antar manusia. Ini sangat sering terjadi di dalam kehidupan kita. Rasa cemburu dalam diri pasangan suami-istri, tidak jarang bukan hanya meretakkan tetapi menghancurkan sebuah perkawinan. Rasa cemburu dalam persahabatan, tidak jarang juga memutuskan relasi persahabatan. Demikian juga, rasa cemburu dalam keluarga yang disertai rasa iri bahkan bisa menjauhkan saudara atau saudari sedarah.
Dalam hal memaafkan orang, dibutuhkan keberanian dan kejujuran untuk membuka hatinya, sebaliknya juga dalam hubungan antar pribadi orang yang merasa bersalah dibutuhkan pula keberanian dan kejujuran untuk mengungkapkan kesalahannya kepada orang lain. Memaafkan ada yang bersifat terbuka dan tersembunyi. Terbuka adalah memaafkan orang lain yang diketahui banyak orang, sedangkan tersembunyi memaafkan orang lain di dalam hati dan tanpa ekspresi dan menyimpannya dalam hati sekaligus mendoakan kepada orang yang menaruh curiga, atau menilai sesuatu yang salah kepada kita.
Ada kata-kata keluhan yang sering kita dengar "mau berbuat baik saja kok susah ya? " Ya, inilah ironisnya hidup, banyak orang yang "curiga" dengan banyak hal di dunia ini, termasuk perbuatan baik seseorang. Banyak juga orang yang nyata-nyata tidak suka melihat seseorang berbuat baik pada orang lain, selalu saja ada "alasan" yang dipakai untuk mencari "ketidak baikan" kebaikan itu. Mungkin tanpa kita sadari, kita termasuk dalam salah satu diantara orang banyak itu.
Melatih kebiasaan berbuat baik dengan sendirinya akan menjadikan kebaikan menjadi 'nafas' dalam hidup kita. Semakin dibiasakan kebaikan itu semakin menghidupi kita dan pada akhirnya kita akan menjadi biasa juga menerima kebaikan orang lain.
Kalau kita bisa menjalani proses hidup ini dengan pola pikir yang sederhana, dan melihat orang lain adalah lebih utama dari kita sendiri, niscaya untuk membuka pintu maaf hati, kepada sesama umat manusia akan sangat mudah dan ringan, dengan bekal kasih dan cinta dan memandang orang lain lebih mulia dan utama dari pada saya.

Pertanyan orang beriman : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" JawabNya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali"
Sebuah kerendahan hati, intropeksi diri, kejujuran dan kerelaan untuk mencintai sesama dibutuhkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Pengampunan harus diberikan dengan gratis alias cuma-cuma, ingat ketika Tuhan mengampuni segala dosa-dosa dan kesalahan kita dengan penuh kasih dan cuma-cuma. .apakah kita sebagai hambaNya, mengampuni dan memaafkan sesama umat manusia harus meminta ganti rugi, harus minta penebusan?..rasanya ini tidak adil
*Sekretaris FKUB Banyumas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar